✔ Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit Makan
Senangnya hati setiap orang renta kala melihat bayinya yang masih berusia 5-7 bulan menyantap bubur susu maupun bubur saringnya dengan lahap. Begitu juga ketika si kecil sudah mulai diperkenalkan dengan nasi tim yang diblender. "Pintar anak Bunda. Makannya hebat, satria deh," begitu puji si ibu setiap kali bayinya yang berusia 9-10 bulan menyantap higienis isi mangkuk berupa tim lengkap dengan lauk ayam, kacang hijau, wortel dan bayam atau kangkung.
Namun begitu menginjak usia 11-12 bulan dan seterusnya hingga usia 3 tahunan, kebahagiaan semacam itu ada yang tinggal kenangan. Si kecil yang tadinya lahap makan sekarang mendadak susah makan. "Wah, jangan tanya deh /gimana/ susahnya /nyuapin/ anak seumur ini. Bisa masuk lima suap saja, sudah hebat!" Nada bicara semacam ini bukan dicari-cari lo, melainkan "ungkapan tulus" lebih banyak didominasi orang tua. Sesabar apa pun orang renta atau pengasuh menyuapinya, program makan seakan menjadi ajang "pertengkaran". Ada saja ulahnya. Dari yang selalu menolak makan dengan menutup rapat mulutnya, hingga menyembur-nyemburkan atau melepeh kembali masakan yang sudah berhasil masuk ke mulutnya.
Hal ini tentu saja menciptakan orang renta waswas. Terlebih sebagai risikonya berat tubuh si kecil susah sekali naik. Padahal di usia ini anak justru perlu menerima asupan gizi lebih banyak dibanding ketika bayi. Pasalnya, daya jelajah anak semakin luas mengingat ia sudah sanggup berjalan. Otaknya pun "lapar" untuk mendapatkan banyak sekali masukan mengenai hal-hal gres melalui banyak sekali stimulasi.
Akan tetapi, papar dr. Nuraini Irma Susanti Sp.A., keadaan menyerupai ini seakan diputarbalikkan oleh aneka mitos yang banyak diyakini masyarakat. Seperti, "Kalau anak mau jalan, biasanya memang susah makan. Wajar /aja/ kalau badannya jadi kurus." Atau, "Enggak usah cemas, itu tandanya anak mau pintar."
ALASAN MENOLAK MAKANAN
Biasanya, kata dokter yang berpraktek di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan ini, anak mulai menerima masakan tambahan dan susu pendamping ASI di usia 6-7 bulan. Semakin bertambah usianya, menyerupai ketika memasuki usia 9 bulan, maka porsi makannya harus lebih besar dibanding ASI. Biasanya, anak menerima tiga jenis masakan dalam satu hari, ialah masakan padat, susu tambahan pendamping ASI, maupun ASI itu sendiri. Dalam menjalani kebiasaan gres ini, sanggup saja anak mengalami hal-hal yang membuatnya enggan menyantap makanan. Inilah alasannya:
Asal tahu saja, semakin dipaksa anak usia ini justru akan makin /ngotot/ melaksanakan perlawanan sebagai wujud negativistiknya. Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang hingga cukup umur emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami stress berat tanggapan perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Kalau anak memperlihatkan tanda-tanda menyerupai itu, tentu harus segera diperiksakan ke dokter. Sebab dilihat dari indikasinya, besar kemungkinan problema sulit makan ini disebabkan radang tenggorok, lambung terganggu, atau malah kena vlek paru-paru, bahkan TBC.
Namun, orang renta bukan satu-satunya sumber penyebab, kok. Anak yang suka pilih-pilih biasanya memang mempunyai aksara yang sulit. "Pada bawah umur yang berpikiran sempit, bila diperhatikan, pilihan masakan mereka pun tidak beragam. Namun, bukan berarti anak yang mau makan segala macam tidak ada yang sulit, lo."
Terlepas dari itu, Ratih mengingatkan sebesar apa pun penolakan anak, ragam rasa harus tetap diperkenalkan. Orang renta jangan hingga pasrah dan tidak berbuat apa-apa. "Boleh-boleh saja anak punya masakan favorit, tapi ia juga perlu disadarkan bahwa banyak masakan lain yang perlu dicoba. "Jika orang renta setiap hari hanya memberi hidangan soto karena anak hanya ingin makan itu, tanpa sadar orang renta membantu membangun sempitnya wawasan anak terhadap makanan."
Sebaliknya, keanekaragaman rasa yang diperkenalkan orang renta akan membantu anak untuk lebih terbuka dan mempunyai wawasan yang lebih luas. "Semakin bermacam-macam masakan yang diperkenalkan kepada anak, secara psikologis sebetulnya orang renta juga mengajarkan anak untuk menjadi terbuka dan mau mencoba hal-hal baru."
Contohnya, anak boleh saja menikmati mi instan kesukaannya tapi hanya satu kali dalam seminggu. Biarkan ia yang memilih harinya. Awalnya mungkin anak rewel, tapi usang kelamaan sikap itu akan hilang seiring dengan sikap konsisten yang orang renta berikan.
Saat di restoran inilah anak sanggup ditawarkan hidangan baru. "Anak saya sendiri akhirnya mau makan bubur dengan kuah ikan sehabis merasakan di restoran. Lama-lama, kan, kita sanggup menciptakan bubur ikan sendiri di rumah," ujar ibu dua putra ini. "Dengan bersantap di restoran, setidaknya anak juga sanggup melihat orang renta dan orang di sekitarnya menikmati banyak sekali macam makanan."
Nah, dengan kenal banyak sekali rasa dan makanan, anak tak akan rewel ketika harus pergi ke suatu kawasan yang makanannya tak sama dengan masakan di tanah airnya. Disaimping itu, tentu saja pemenuhan gizinya sanggup terpenuhi dengan baik.
Bagaimanapun, kalau orang renta mempunyai suatu sasaran yang harus dicapai anak, ya sah-sah saja menggiringnya ke arah situ. Hanya saja, pengkondisiannya tidak dengan kekerasan dan ancaman, tapi dengan keceriaan. Ketika kita berkata, "Ayo, dong coba. Sedikit saja!" ini juga sebetulnya sudah pemaksaan tapi secara halus.
Yang perlu dipahami, pengkondisian ini menciptakan orang renta capek minta ampun. Namun, toh, hasil yang didapat pun besar. Ketika anak sudah mulai masuk sekolah dasar, ia akan terbiasa dengan banyak sekali macam rasa masakan dan tahu bahwa ada bermacam-macam masakan.
Nasi sebagai masakan pokok pun sanggup disulap menjadi banyak sekali olahan, dari nasi goreng targehingga nasi keju. Begitu pun dengan jagung: sanggup direbus, dibakar, atau dilelehi margarin. Berbagai jus buah sanggup disajikan sendirisendiri atau dicampur. Misalnya, jus jeruk pada hari senin. Jus wortel di hari Selasa, dan jus wortel campur jeruk untuk hari Rabu. "Kebanyakan orang renta karena tahu manfaat wortel jadi menyuguhi anak dengan wortel terus menerus. Akhirnya ya, anak jadi bosan. Padahal sanggup divariasikan."
Variasi masakan juga sanggup berdasarkan tema. Seperti masakan bertema merah. Lauknya sanggup berupa sup daging cincang dengan wortel dan tomat yang dipotong kecil-kecil. Lalu, buahnya semangka merah yang dibuat menyerupai bintang. "Mungkin anak hanya senang melihatnya tapi enggak mau memakannya dan hanya mengaduk-aduk. Ya, enggak apa-apa namanya juga sedang belajar."
SELAMAT MENCOBA! [kompas.com]
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Coba berikan permainan tangram pada anak-anak, Berikut hasil kreativitas dari permainan tangram;
Namun begitu menginjak usia 11-12 bulan dan seterusnya hingga usia 3 tahunan, kebahagiaan semacam itu ada yang tinggal kenangan. Si kecil yang tadinya lahap makan sekarang mendadak susah makan. "Wah, jangan tanya deh /gimana/ susahnya /nyuapin/ anak seumur ini. Bisa masuk lima suap saja, sudah hebat!" Nada bicara semacam ini bukan dicari-cari lo, melainkan "ungkapan tulus" lebih banyak didominasi orang tua. Sesabar apa pun orang renta atau pengasuh menyuapinya, program makan seakan menjadi ajang "pertengkaran". Ada saja ulahnya. Dari yang selalu menolak makan dengan menutup rapat mulutnya, hingga menyembur-nyemburkan atau melepeh kembali masakan yang sudah berhasil masuk ke mulutnya.
Hal ini tentu saja menciptakan orang renta waswas. Terlebih sebagai risikonya berat tubuh si kecil susah sekali naik. Padahal di usia ini anak justru perlu menerima asupan gizi lebih banyak dibanding ketika bayi. Pasalnya, daya jelajah anak semakin luas mengingat ia sudah sanggup berjalan. Otaknya pun "lapar" untuk mendapatkan banyak sekali masukan mengenai hal-hal gres melalui banyak sekali stimulasi.
Akan tetapi, papar dr. Nuraini Irma Susanti Sp.A., keadaan menyerupai ini seakan diputarbalikkan oleh aneka mitos yang banyak diyakini masyarakat. Seperti, "Kalau anak mau jalan, biasanya memang susah makan. Wajar /aja/ kalau badannya jadi kurus." Atau, "Enggak usah cemas, itu tandanya anak mau pintar."
ALASAN MENOLAK MAKANAN
Biasanya, kata dokter yang berpraktek di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan ini, anak mulai menerima masakan tambahan dan susu pendamping ASI di usia 6-7 bulan. Semakin bertambah usianya, menyerupai ketika memasuki usia 9 bulan, maka porsi makannya harus lebih besar dibanding ASI. Biasanya, anak menerima tiga jenis masakan dalam satu hari, ialah masakan padat, susu tambahan pendamping ASI, maupun ASI itu sendiri. Dalam menjalani kebiasaan gres ini, sanggup saja anak mengalami hal-hal yang membuatnya enggan menyantap makanan. Inilah alasannya:
Baca juga: Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Merupakan Guru Terbaik Bagi Anak-anak
PENYEBAB SI KECIL MULAI SULIT MAKAN
1. Tak pernah benar-benar lapar
Tak heran kalau masakan yang terdiri atas tiga kali masakan utama dan dua kali masakan selingan membuatnya kenyang. Makara ketika waktu makan yang berikutnya tiba, ia belum benar-benar lapar. Ditambah lagi rutinitas makan dan minum susu yang sanggup menciptakan anak bosan. Hal menyerupai ini akan terbawa terus hingga masa batita awal. Namun orang renta sering lupa dan menganggap sikap menolak atau melepehkan masakan sebagai persoalan besar.2. Mulai punya selera terhadap rasa
Yang juga kerap terlupakan, di usia batita ini rasa ingin tahu anak sudah semakin besar. Ia sudah punya selera tersendiri terhadap makanan. Itulah kenapa masakan anak usia ini dihentikan disamakan dengan masakan bayi yang tawar. Tidak ada salahnya memperlihatkan rasa-rasa tertentu yang ia sukai ke dalam makanannya, menyerupai garam dan gula. Apa citarasa yang disukai anak, kiprah orang tualah untuk menemukannya.3. Bosan tekstur yang halus dan campur aduk
Rasa bosan sanggup juga muncul dari tekstur. Bukan tidak mungkin anak bosan atau sudah merasa mual dengan masakan lunak dan campur aduk menyerupai makanannya semasa bayi. Dengan demikian orang renta mesti berakal dalam menyiasati olahan dan penyajian makanan. Variasikan sedemikian rupa semoga anak tetap suka makan, contohnya dengan memisah-misahkan lauknya dan memblender berasnya saja lebih dulu sebelum diolah.4. Munculnya sikap negativistik
Sikap negativistik yang menjadi ciri usia batita antara lain ditandai dengan sikap penolakan terhadap rutinitas yang selama ini wajib dijalani anak. Namun, karena khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang renta biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Padahal cara ini justru harus dihindari.Asal tahu saja, semakin dipaksa anak usia ini justru akan makin /ngotot/ melaksanakan perlawanan sebagai wujud negativistiknya. Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang hingga cukup umur emoh makan nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami stress berat tanggapan perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
5. Mulai cari perhatian
Cari perhatian biasanya ditunjukkan dengan mudahnya anak melahap makanannya ketika disuapi pengasuh sementara selagi disuapi orang tuanya malah jual mahal.6. Mulai eksplorasi ke mana-mana
Ketika sudah mahir berjalan, anak akan lebih mengutamakan aktivitas eksplorasi ketimbang program makan. Lihat saja cara bermainnya yang disertai gerakan berjalan, memanjat, atau berlari seolah tidak pernah lelah. Tak heran kalau program makan dianggapnya sebagai aktivitas buang-buang waktu, apalagi kalau diminta duduk diam.7. Sedang sakit
Tidak mau makan yang disebabkan alasan medis biasanya disertai ciri-ciri tubuh lemas, sering demam, bolak-balik diare, berat badannya tak bergerak naik atau malah mengalami penurunan, dan adanya perubahan tingkah laku. Kalau semula anak terlihat aktif, riang dan "cerewet", maka di kala sakit ia lebih suka membisu dan terlihat malas-malasan.Kalau anak memperlihatkan tanda-tanda menyerupai itu, tentu harus segera diperiksakan ke dokter. Sebab dilihat dari indikasinya, besar kemungkinan problema sulit makan ini disebabkan radang tenggorok, lambung terganggu, atau malah kena vlek paru-paru, bahkan TBC.
8. Kebanyakan diberi masakan ringan elok dan gurih
Bisa juga anak tampak lemas tapi tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit. Yang menyerupai ini, berdasarkan Nuraini, boleh jadi tanggapan tidak tercukupinya asupan kalori dari masakan padat. Anak yang sulit makan menyerupai ini biasanya punya kebiasaan makan yang salah. Semisal, belum apa-apa anak sudah dijejali susu, permen, cokelat, atau /snack/ yang mengandung MSG. "Sekalipun mengenyangkan, masakan menyerupai ini jelas-jelas tidak sanggup memenuhi angka kecukupan gizi si kecil. Karena sudah merasa kenyang, jangan salahkan bila ia cenderung menolak masakan padat."Baca juga: Kebiasaan-kebiasaan Buruk Orangtua Yang Merugikan Anak
KIAT KREATIF MENGATASINYA
Nuraini mengakui bahwa mengatasi batita yang susah makan memang bukan persoalan gampang. "Makanya saya selalu mengingatkan orang renta pasien untuk senantiasa bersabar dan kreatif." Mencoba bersabar memang tidak mudah karena umumnya orang renta lebih mudah kesal dan frustasi menghadapi si kecil yang tidak lagi kooperatif. Beberapa tips berikut sanggup dicoba untuk diterapkan di rumah:- Sebelum memberi makan, cicipi dulu masakan tersebut. Kalau berdasarkan kita tidak enak, ya jangan paksa anak menikmatinya.
- Kombinasikan rasa asin dan gurih dari lauk pauk secara pas dengan rasa asam dan elok dari buah-buahan. Ini semata-mata supaya masakan tersebut lezat untuk dicecap, harum ketika dicium, dan menggugah selera.
- Variasikan hidangan setiap kali makan, baik dari pilihan materi makanannya maupun penyajiannya.
- Begitu juga pilihan peralatan makan. Manfaatkan bentuk, gambar dan warna-warna menarik kesukaan anak. Sementara penyajiannya sanggup diakali dengan tampilan yang lucu dan menarik menyerupai hiasan dari tomat, wortel, sayur atau irisan telur di atasnya.
- Soal lauk pauknya, berikan menyerupai apa yang dimakan anggota keluarga lainnya. Jangan membatasi dengan hanya memberinya olahan hati ayam, wortel dan bayam. Kacang merah yang ditumbuk, sup kacang hijau atau kacang polong sah-sah saja dicampur dengan ikan, daging sapi atau ayam maupun telur. Yang harus diberikan secara terbatas dan hati-hati sebetulnya hanyalah jenis lauk pauk yang mengundang alergi menyerupai ikan laut, udang, dan telur.
- Bangun pula suasana makan yang menyenangkan. Bila perlu libatkan anak. Kalau anak suka makan sambil diiringi musik, /why not? /Kalau anak sanggup lahap sambil main mobil-mobilan, ya tidak apa-apa. "Asalkan lambut laun seiring dengan bertambahnya usia, anak harus digiring untuk tahu bahwa di sini dan begini, lo, cara makan yang baik itu."
- Yang juga sering terjadi, gara-gara tidak mau makan, orang renta lantas "menggenjot" anaknya dengan asupan susu lebih banyak. Padahal rujukan menyerupai ini justru hanya akan membunuh nafsu makannya. Bagaimana pun, masakan padat penting bagi anak. Terutama sebagai latihan dan pembelajaran mengunyah hingga menelan masakan tanpa tersedak. "Tidak mungkin hingga cukup umur ia hanya mengandalkan susu sebagai makanannya." Malahan, proteksi susu sebaiknya dikurangi secara bertahap.
- Hindari atau setidaknya kurangi proteksi masakan "alternatif" yang mengenyangkan menyerupai cokelat, dan sejenisnya. Kalau asupan karbohidratnya memang dianggap kurang, contohnya karena si anak tak suka nasi, berikanlah masakan alternatif yang kandungan zat gizinya setara. Bisa roti, makaroni, jagung, dan lain-lain.
- Berikan tambahan vitamin atau perhiasan masakan yang sanggup menutupi kekurangan zat gizi tertentu tanggapan ia sulit makan. Jangan lupa, konsultasikan dulu dengan dokter yang sanggup menilai kebutuhan anak. Harus diingat bahwa vitamin/zat gizi yang terdapat dalam sumber nabati maupun hewani yang /fresh/ jauh lebih baik dari vitamin/zat gizi sejenis yang didapat dari suplemen.
PERKEMBANGAN OTAK DAN FISIK
Nuraini menyangkal pendapat yang menyampaikan perkembangan anak usia ini secara fisik memang sedang surut, sementara perkembangan otaknya meningkat pesat. "Yang benar, perkembangan otak dan fisik berjalan seiring. Untuk mendapatkan stimulasi, anak perlu eksplorasi dan semoga sanggup bereksplorasi ia memerlukan masakan berenerji yang sanggup diandalkan untuk menghasilkan tenaga. Jadi, tipis kemungkinan anak sanggup semakin pandai kalau fisiknya loyo."KENALKAN RAGAM RASA AGAR TAK SULIT MAKAN
Manfaatnya bukan hanya si kecil jadi kenal banyak sekali rasa, tapi juga terbiasa mencoba hal-hal baru. Praktek memang tak semudah teori. Banyak upaya variasi bentuk dan rasa masakan sudah dikenalkan, tapi anak tetap susah makan atau hanya mau makan yang itu-itu saja. Singkatnya, anak sulit diperkenalkan dengan rasa baru. Menurut Ratih Adjayani, Psi., dari Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia, orang renta yang biasa mencekoki anaknya ketika mereka bayi biasanya akan menerima persoalan sehabis anaknya memasuki usia batita. Penjelasannya, semakin besar anak, ia pun semakin sanggup memperlihatkan seleranya. Jadilah anak sangat pilih-pilih terhadap makanan; enggak mau yang kasarlah, enggak mau sayur, maunya masakan yang digoreng saja, dan sebagainya.Namun, orang renta bukan satu-satunya sumber penyebab, kok. Anak yang suka pilih-pilih biasanya memang mempunyai aksara yang sulit. "Pada bawah umur yang berpikiran sempit, bila diperhatikan, pilihan masakan mereka pun tidak beragam. Namun, bukan berarti anak yang mau makan segala macam tidak ada yang sulit, lo."
Baca juga: Gaya Mendidik Anak Yang Perlu Dihindari
Terlepas dari itu, Ratih mengingatkan sebesar apa pun penolakan anak, ragam rasa harus tetap diperkenalkan. Orang renta jangan hingga pasrah dan tidak berbuat apa-apa. "Boleh-boleh saja anak punya masakan favorit, tapi ia juga perlu disadarkan bahwa banyak masakan lain yang perlu dicoba. "Jika orang renta setiap hari hanya memberi hidangan soto karena anak hanya ingin makan itu, tanpa sadar orang renta membantu membangun sempitnya wawasan anak terhadap makanan."
Sebaliknya, keanekaragaman rasa yang diperkenalkan orang renta akan membantu anak untuk lebih terbuka dan mempunyai wawasan yang lebih luas. "Semakin bermacam-macam masakan yang diperkenalkan kepada anak, secara psikologis sebetulnya orang renta juga mengajarkan anak untuk menjadi terbuka dan mau mencoba hal-hal baru."
LANGKAH MEMBUJUK SI KECIL
Sebagai awal perkenalan pada hidangan dengan cita rasa baru, ciptakan suatu peraturan semoga anak mau "menjauh" dari hidangan favoritnya.Contohnya, anak boleh saja menikmati mi instan kesukaannya tapi hanya satu kali dalam seminggu. Biarkan ia yang memilih harinya. Awalnya mungkin anak rewel, tapi usang kelamaan sikap itu akan hilang seiring dengan sikap konsisten yang orang renta berikan.
- Tawarkan masakan pengganti. "Bagaimana kalau Mama bikin makaroni?" "Enggak mau!" "Cicipi saja dulu sedikit." Apa pun reaksi yang diberikan anak, bujuklah dan jangan sekali-kali menyebutnya sebagai anak nakal. Tak mau makan atau pilih-pilih masakan bukanlah suatu kenakalan tapi kesukaan. Bukankah orang cukup umur pun mempunyai kesukaan dalam hal makanan?. "Anak batita memang tengah berguru membuatkan diri menjadi anak yang lebih besar dengan melaksanakan pilihan. Enggak heran kalau mereka sanggup sangat menjengkelkan dan menyebalkan sehingga menciptakan orang renta /gregetan/. Tapi itu, kan, enggak perlu ditunjukkan atau dikatakan kepada anak."
- Biarkan ia merasakan dulu. "Oke, Adek enggak senang spageti karena pedas. /Gimana/ kalau spagetinya enggak usah diberi saus?" Kalau ia sama sekali tak mau mencoba, ya, enggak apa-apa. Tidak usah dipaksa. Setidaknya ia sudah merasakan rasanya. Saat itu dijadikannya sebagai media petualangan dan belajar.
- Kalaupun takut masakan terbuang percuma, sanggup disiasati dengan memberinya seporsi kecil. Jangan lupa porsi anak memang tidak sebanyak porsi orang dewasa. "Kalau takut anak tidak kenyang setiap mencoba masakan baru, orang renta sanggup melengkapinya dengan susu atau camilan. Yang kalau dihitung-hitung kalori dan komposisi gizinya sebetulnya sudah cukup untuk hari itu."
MANFAATKAN RESTORAN
Dalam memperkenalkan ragam rasa dan makanan, Ratih tak lupa mengusulkan semoga orang renta memanfaatkan kemudahan res- toran, tentu saja restoran yang nyaman dan menunya sanggup dinik- mati anak, tidak serbapedas atau terlalu keras misalnya. "Dari usia satu tahun anak sudah sanggup diajak ke restoran. Kalau mereka berlarian ke sana kemari tak apa-apa. Memang sifat anak masih begitu. Lama-lama anak akan berguru bagaimana harusnya bersikap, kok."Saat di restoran inilah anak sanggup ditawarkan hidangan baru. "Anak saya sendiri akhirnya mau makan bubur dengan kuah ikan sehabis merasakan di restoran. Lama-lama, kan, kita sanggup menciptakan bubur ikan sendiri di rumah," ujar ibu dua putra ini. "Dengan bersantap di restoran, setidaknya anak juga sanggup melihat orang renta dan orang di sekitarnya menikmati banyak sekali macam makanan."
Nah, dengan kenal banyak sekali rasa dan makanan, anak tak akan rewel ketika harus pergi ke suatu kawasan yang makanannya tak sama dengan masakan di tanah airnya. Disaimping itu, tentu saja pemenuhan gizinya sanggup terpenuhi dengan baik.
DEFINISI "JANGAN DIPAKSA"
Kalimat, "Anak jangan dipaksa," berdasarkan Ratih, sanggup mempunyai makna ganda. Yang terang memang bukan berarti pemaksaan yang memakai kekerasan. Tapi juga bukan berarti orang renta kemudian tidak berupaya sama sekali.Bagaimanapun, kalau orang renta mempunyai suatu sasaran yang harus dicapai anak, ya sah-sah saja menggiringnya ke arah situ. Hanya saja, pengkondisiannya tidak dengan kekerasan dan ancaman, tapi dengan keceriaan. Ketika kita berkata, "Ayo, dong coba. Sedikit saja!" ini juga sebetulnya sudah pemaksaan tapi secara halus.
Yang perlu dipahami, pengkondisian ini menciptakan orang renta capek minta ampun. Namun, toh, hasil yang didapat pun besar. Ketika anak sudah mulai masuk sekolah dasar, ia akan terbiasa dengan banyak sekali macam rasa masakan dan tahu bahwa ada bermacam-macam masakan.
Baca juga: Kenali dan Pahami Gambaran Anak Usia Prasekolah
DIMULAI SEJAK BAYI
Idealnya, ungkap Ratih, anak sudah dikenalkan bermacam rasa semenjak ia mulai mengenal masakan pendamping ASI. Tepatnya sehabis usia 6 bulan. Menginjak usia 1 tahun pencernaan anak sudah makin siap mendapatkan banyak sekali macam makanan. Agar lidahnya terbiasa mengecap banyak sekali rasa, variasikan hidangan makanan. Tak perlu harus yang mahal atau yang susah diolah. Yang mudah tapi murah dan bergizi pun banyak. Yang penting orang renta kreatif dan sering menggonta-ganti menu. Untul hidangan sarapan, misalnya, jangan terbatas pada bubur beras saja, tapi diganti bubur sereal, olahan roti, kentang, mi, dan sebagainya.Nasi sebagai masakan pokok pun sanggup disulap menjadi banyak sekali olahan, dari nasi goreng targehingga nasi keju. Begitu pun dengan jagung: sanggup direbus, dibakar, atau dilelehi margarin. Berbagai jus buah sanggup disajikan sendirisendiri atau dicampur. Misalnya, jus jeruk pada hari senin. Jus wortel di hari Selasa, dan jus wortel campur jeruk untuk hari Rabu. "Kebanyakan orang renta karena tahu manfaat wortel jadi menyuguhi anak dengan wortel terus menerus. Akhirnya ya, anak jadi bosan. Padahal sanggup divariasikan."
Variasi masakan juga sanggup berdasarkan tema. Seperti masakan bertema merah. Lauknya sanggup berupa sup daging cincang dengan wortel dan tomat yang dipotong kecil-kecil. Lalu, buahnya semangka merah yang dibuat menyerupai bintang. "Mungkin anak hanya senang melihatnya tapi enggak mau memakannya dan hanya mengaduk-aduk. Ya, enggak apa-apa namanya juga sedang belajar."
SELAMAT MENCOBA! [kompas.com]
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Coba berikan permainan tangram pada anak-anak, Berikut hasil kreativitas dari permainan tangram;
Belum ada Komentar untuk "✔ Bagaimana Mengatasi Anak Yang Sulit Makan"
Posting Komentar