✔ Matematika Dan Kekuasaan
Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi menyerupai Manajer, Direktur dan sebagainya, mempunyai kekuasaan dalam konteks mempengaruhi sikap orang-orang yang secara struktural organisator berada di bawahnya.
Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga bisa menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan kiprah dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak bisa menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga acara untuk melaksanakan pekerjaan dan kiprah tidak sanggup dilakukan dengan baik.
Dalam Matematika, ada satu prinsip dasar yang bisa digunakan seorang pimpinan dan sangat manis untuk diterapkan seorang pemimpin, yaitu:
Kita ambil soal yang umum saja, misalnya:
Tentukan nilai p yang memenuhi pada persamaan: 7p + 6 = 2p + 26
Jawab:
Beberapa guru menuntaskan soal 7p + 6 = 2p + 26 dengan menyampaikan "pindahkan 2p kesebelah kiri sehingga berubah tanda menjadi -2p"
Sehingga diperoleh 7p + 6 -2p = 26 kemudian "pindahkan +6 ke sebelah kanan sehingga bermetamorfosis -6"
kini bentuknya menjadi:
7p - 2p = 26 - 6
5p = 20
p = 4
Perintah "pindahkan" pada pengerjaan soal diatas kurang tepat, sebaiknya perintah "pindahkan" diganti menjadi "ruas kiri dan kanan menerima perlakuan yang sama" sehingga pengerjaan soal menjadi:
7p + 6 = 2p + 26 [ruas kiri dan ruas kanan menerima perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 2p]
7p + 6 - 2p = 2p + 26 - 2p
5p + 6 = 26 [ruas kiri dan ruas kanan menerima perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 6]
5p + 6 - 6 = 26 - 6
5p = 20 [ruas kiri dan ruas kanan menerima perlakuan yang sama yaitu sama-sama dibagi 5]
5p : 5= 20 : 5
Hasil simpulan p = 4, jadi tidak ada lagi istilah "dipindahkan jadi berubah tanda"
Apabila Hukum dasar matematika diatas yaitu "Memberikan Perlakuan Yang Sama" diterapkan oleh pemimpin-pemimpin mungkin roda kepemimpinannya sanggup berjalan dengan baik.
Berikut type-type kekuasaan yang di sadur dari banyak sekali sumber:
Dalam pengertiannya, kekuasaan ialah kualitas yang menempel dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu [a quality inherent in an interaction between two or more individuals]. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut ialah pertukaran kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1.Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau kiprah yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu insiden atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit ialah ‘jika anda sanggup menjamin atau memberi kepastian honor atau jabatan saya meningkat, anda sanggup menggunkan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang sanggup melalukan reward power sebab ia bisa memberi kepuasan kepada orang lain.
Reward Power [kekuasaan penghargaan], ialah kekuasaan untuk memberi laba positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terealisasi dalam konteks bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk menyampaikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa sumbangan hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.
2.Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi eksekusi kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku kalau bawahan mencicipi bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki hingga kekuasaannya memotong honor karyawan. Menurut David Lawless, kalau tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melaksanakan tindakan balas dendam atas perlakuan atau eksekusi yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Coercive Power [kekuasaan paksa], yakni kekuasaan yang didasari sebab kemampuan seorang pemimpin untuk memberi eksekusi dan melaksanakan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila beliau tidak mematuhinya, akan ada imbas negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak ialah yang bisa menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan isyarat yang positif kepada anak buah. Bukan hanya sebab rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.
3.Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu kekerabatan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti dikala seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan menyerupai yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai rujukan terhadap para bawahannya yang bisa melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
Referent Power [kekuasaan rujukan] ialah kekuasaan yang timbul sebab karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda sanggup berkuasa atas saya.
4.Expert Power
Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diripada suatu iman bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia mempunyai pengetahuan, keahlian dan gosip yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap mempunyai expert power perihal pemecahan suatu dilema tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan mendapatkan jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.
Expert Power [kekuasaan kepakaran], yakni kekuasaan yang menurut sebab kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga menjadikan sang bawahan patuh sebab percaya bahwa pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.
5.Legitimate Power
Kekuasaan yang sah ialah kekuasaan yang bekerjsama [actual power], dikala seseorang melalui suatu persetujuan dan janji diberi hak untuk mengatur dan memilih sikap orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam pola yang nyata, kalau seseorang dianggap lebih tua, mempunyai senioritas dalam organisasi, maka orang lain baiklah untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Legitimate Power [kekuasaan sah], yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang [authority] kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell menunjukkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik menyerupai penggunaan rangsangan [insentif] atau paksaan [coercion] guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif.
Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan hemat biar bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan ialah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding kalau karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah [legitimate authority].
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Mengenal salah satu matematikawan Indonesia;
Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga bisa menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan kiprah dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak bisa menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga acara untuk melaksanakan pekerjaan dan kiprah tidak sanggup dilakukan dengan baik.
Dalam Matematika, ada satu prinsip dasar yang bisa digunakan seorang pimpinan dan sangat manis untuk diterapkan seorang pemimpin, yaitu:
"Memberikan Perlakuan Yang Sama"Sewaktu di kursi sekolah kita sering mengerjakan soal Matematika, Fisika, Kimia, Geografi, Ekonomi dan mata pelajaran lainnya.
Kita ambil soal yang umum saja, misalnya:
Tentukan nilai p yang memenuhi pada persamaan: 7p + 6 = 2p + 26
Jawab:
Beberapa guru menuntaskan soal 7p + 6 = 2p + 26 dengan menyampaikan "pindahkan 2p kesebelah kiri sehingga berubah tanda menjadi -2p"
Sehingga diperoleh 7p + 6 -2p = 26 kemudian "pindahkan +6 ke sebelah kanan sehingga bermetamorfosis -6"
kini bentuknya menjadi:
7p - 2p = 26 - 6
5p = 20
p = 4
Perintah "pindahkan" pada pengerjaan soal diatas kurang tepat, sebaiknya perintah "pindahkan" diganti menjadi "ruas kiri dan kanan menerima perlakuan yang sama" sehingga pengerjaan soal menjadi:
7p + 6 = 2p + 26 [ruas kiri dan ruas kanan menerima perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 2p]
7p + 6 - 2p = 2p + 26 - 2p
5p + 6 = 26 [ruas kiri dan ruas kanan menerima perlakuan yang sama yaitu sama-sama dikurangi 6]
5p + 6 - 6 = 26 - 6
5p = 20 [ruas kiri dan ruas kanan menerima perlakuan yang sama yaitu sama-sama dibagi 5]
5p : 5= 20 : 5
Hasil simpulan p = 4, jadi tidak ada lagi istilah "dipindahkan jadi berubah tanda"
Apabila Hukum dasar matematika diatas yaitu "Memberikan Perlakuan Yang Sama" diterapkan oleh pemimpin-pemimpin mungkin roda kepemimpinannya sanggup berjalan dengan baik.
Berikut type-type kekuasaan yang di sadur dari banyak sekali sumber:
Dalam pengertiannya, kekuasaan ialah kualitas yang menempel dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu [a quality inherent in an interaction between two or more individuals]. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut ialah pertukaran kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1.Reward Power
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau kiprah yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu insiden atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit ialah ‘jika anda sanggup menjamin atau memberi kepastian honor atau jabatan saya meningkat, anda sanggup menggunkan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang sanggup melalukan reward power sebab ia bisa memberi kepuasan kepada orang lain.
Reward Power [kekuasaan penghargaan], ialah kekuasaan untuk memberi laba positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terealisasi dalam konteks bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk menyampaikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa sumbangan hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.
2.Coercive Power
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi eksekusi kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku kalau bawahan mencicipi bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki hingga kekuasaannya memotong honor karyawan. Menurut David Lawless, kalau tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melaksanakan tindakan balas dendam atas perlakuan atau eksekusi yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Coercive Power [kekuasaan paksa], yakni kekuasaan yang didasari sebab kemampuan seorang pemimpin untuk memberi eksekusi dan melaksanakan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila beliau tidak mematuhinya, akan ada imbas negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak ialah yang bisa menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan isyarat yang positif kepada anak buah. Bukan hanya sebab rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.
3.Referent Power
Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu kekerabatan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti dikala seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan menyerupai yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai rujukan terhadap para bawahannya yang bisa melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.
Referent Power [kekuasaan rujukan] ialah kekuasaan yang timbul sebab karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda sanggup berkuasa atas saya.
4.Expert Power
Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diripada suatu iman bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia mempunyai pengetahuan, keahlian dan gosip yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap mempunyai expert power perihal pemecahan suatu dilema tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan mendapatkan jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.
Expert Power [kekuasaan kepakaran], yakni kekuasaan yang menurut sebab kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga menjadikan sang bawahan patuh sebab percaya bahwa pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.
5.Legitimate Power
Kekuasaan yang sah ialah kekuasaan yang bekerjsama [actual power], dikala seseorang melalui suatu persetujuan dan janji diberi hak untuk mengatur dan memilih sikap orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam pola yang nyata, kalau seseorang dianggap lebih tua, mempunyai senioritas dalam organisasi, maka orang lain baiklah untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.
Legitimate Power [kekuasaan sah], yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang [authority] kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.
Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell menunjukkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik menyerupai penggunaan rangsangan [insentif] atau paksaan [coercion] guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif.
Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan hemat biar bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan ialah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding kalau karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah [legitimate authority].
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Mengenal salah satu matematikawan Indonesia;
Belum ada Komentar untuk "✔ Matematika Dan Kekuasaan"
Posting Komentar