✔ Anda Batak Ya..! Harus Baca Ini!

encoba mengupdate goresan pena usang yang berasal dari sobat sewaktu Sekolah Menengan Atas ✔ Anda Batak ya..! Harus baca ini!
Mencoba mengupdate goresan pena usang yang berasal dari sobat sewaktu SMA, seorang dokter muda yang berbakat namanya Elisabeth Situmeang. Tulisannya sedikit kontroversial, tapi yang niscaya saya suka dengan tulisannya sebab alasan yang sederhana yaitu mengangkat realita. Mari kita simak goresan pena dan pesan yang tersimpan didalamnya.

Aku yaitu seorang gadis batak asli. Emang dari kecil saya hidup dalam keluarga yang turun temurun suku Batak. Tapi saya tu gak pernah terjun pribadi mengikuti budaya Batak secara langsung, ntah itu watak atau ikut pesta. Kalo pun menghadiri pesta nikah sobat ato pun sodara biasanya saya menyerupai juga kebanyakan orang niscaya menentukan di kawasan resepsi nasional ato kawasan kumpulnya anak muda plus permintaan nasional [non batak] maksudnya. Selain sebab saya merasa disanalah komunitasku yang sebenarnya, saya juga merasa emang niscaya lebih asyik aza.

Baca Juga

Namun semenjak saya PTT, saya tidak sanggup lagi menentukan kawasan menyerupai itu jikalau ada pesta. Kenapa tidak? Karena emang di lingkunganku kini hidup, yang namanya pesta itu, semua permintaan ya digabung. Gak ada namanya permintaan cowok ato nasional. Kalo pun ada yang non Batak [non Katolik lebih tepatnya] tetap kumpul bareng, hanya saja mungkin kawasan mereka akan diberikan kuliner yang namanya untuk ‘parsubang’.

Akhirnya mau gak mau, saya ya harus mengikuti budaya disini. Apalagi profesi ku menuntut saya tu harus berbaur dengan masyarakat sekitar. Kalo ada keluarga pasien ato pun tetangga ato staf puskesmas ato siapa aja lah penduduk disini pesta, kemungkinan besar saya akan diundang. Nah, disinilah saya sering bgt terjun pribadi dan ikut bergabung bersama.

Aku tu benar2 kaget, jengkel, ato mungkin stress dengan apa yang kulihat, terutama kalo saatnya makan tiba. Banyak orang yang bawa 3 orang anak. Masing-masing anak tu niscaya pegang 1 piring dengan porsi yang sama banyanya dengan porsi orang tua. Nah, itu saja belum cukup. Para ibu2 biasanya lengkap dengan peralatan perang [kantongan plastik] masing2, ato kadang dimasukkan ke kawasan ia membawa beras, yang dinamakan ‘tandok’. Kalo ada pelayan [parhobas] datang, mereka akan selalu bilang ‘dison dope dang adong indahan dohot jagal’ [disini belum ada sanggup nasi dan daging]. Padahal saya tu da lihat dah berulang2 ia terima nasi dan lauk nya. Nah, sehabis ia terima pribadi dimasukin ke plastik yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Itu sanggup berulang2, apalagi kalo pelayan yang tiba bergantian. Boleh jadi kalo 10 orang pelayannya, 10 kali juga lah ia minta.

encoba mengupdate goresan pena usang yang berasal dari sobat sewaktu Sekolah Menengan Atas ✔ Anda Batak ya..! Harus baca ini!
Kebiasaan ini tidak terbatas oleh latar belakang pendidikan, maupun status sosial ekonomi. Mungkin ini sudah jadi budaya atau kebiasaan yang ditekuni dan dinikmati semua orang disini.

Semakin usang saya gres menyadari ternyata gak hanya di kawasan ku ini aja yang ada kebiasaan menyerupai itu. Karena ketika saya pergi ke kawasan lain, tapi tetap dalam konteks ‘pesta batak’, kebiasaan serupa juga terjadi disana. Bahkan terakhir saya pergi pesta ke Tarutung, yang kata orang itu sudah termasuk modern sebab ibukota kabupaten, tapi hal serupa kutemui juga. Waktu itu saya gabung di kawasan ‘rekan kerja’ yang berpesta, padahal judulnya nech ‘rekan kerja’. Sekilas, mungkin kita berpikir, yah pastilah sudah orang yang terpelajar. Entah itu mutlak benar ato tidak, saya juga tidak tahu. Karena saya juga menemui hal yang sama di kawasan itu. Ada seorang ibu yang duduk berkelompok dengan teman2 nya [berkisar 8 orang]. Setiap ada pelayan tiba membawa makanan, ia akan menyambut dengan semangat dan pribadi mengambil beberapa piring. Aku tu gak tahu ntah dah berapa kali hal itu ia lakukan setiap kali ada pelayan masuk. Aku hanya menatap dengan kesal sekaligus gak habis pikir. Padahal dah jelas2 dalam ruangan itu masih banyak bgt yang belum sanggup makanan.

Menatap insiden menyerupai itu, selera makan ku pun udah hilang lenyap. Kesal bukan hanya sebab gak sanggup makan, tapi terlebih besar lagi ‘malu’. Inilah yang mendarah daging jadi kebiasaan suku ku tercinta.

Waktu saya hanya terdiam, ternyata staf [sudah ibu2] yang bekerja 1 instansi denganku berkata ‘kenapa dok, ntar kalo dah ada tiba kuliner cepat2 ambil, ntar gak kebagian’. Oalah, kupikir daripada harus berebut menyerupai orang yang gak pernah makan, mending saya gak usah makan sekaligus.

Nah, semakin hari saya juga saya sering mendengar kalo ada pesta ato ada perkumpulan ‘bungkuslah, untuk anak di rumah’. Aku sering bilang, makan disini sepuasnya, hingga sekenyang2 nya, tapi jangan bawa pulang, apalagi kalo masih ada sobat ato orang lain di kawasan ini yang gak kebagian. Kalo pun mau bawa pulang, harus semua orang disini dulu sanggup bagian. Trus jawabannya malah buat saya makin jengkel ‘yah sebab dokter belum jadi mama2 dan punya anak aja, maka gak lakuin hal yang sama menyerupai kami. Itu sudah jadi budaya batak dok, harus memikirkan anak’.

Sejujurnya saya tidak pernah aib mengaku saya ‘suku Batak’. Tapi aib bgt dengar statement tadi ‘budaya batak mengambil porsi orang lain untuk anak’. Oh, betapa memalukannya sebenarnya. Kalo sudah jadi budaya batak memikirkan anak2, ok kita mungkin besar hati dengar hal itu, sesuai dengan yg ada di lagu ‘anakonki do hamoraon di au’ [anakku yaitu kekayaan bagiku]. Tapi kalo, budaya batak ‘merebut kuliner sebanyak2 nya untuk dibawa ke anak di rumah’. Menurutku ini bukan lah sayang anak, tapi ‘tamak’. Sungguh memalukan.

Untuk teman2 [mungkin terutama untuk perempuan terlebih2 lagi kaum ibu :-]. yang baca blog ini dan termasuk dalam komunitas ‘suku Batak’, mungkin kita dihentikan menutup mata dengan tradisi ini. Kita sanggup memulai dari lingkungan kita sendiri dimanapun kita berada, pertama jangan pernah ikut kebiasaan itu, kita harus jadi contoh. Atau mungkin, jikalau ada ide2 lain, boleh menawarkan saran melalui blog ini. Demi mencapai ‘suku batak yang bermoral tinggi’.. Thnx.

Mari kita lihat bawah umur SD kreatif ini coba memperlihatakan bagaimana kehidupan sehari-hari kita dalam sebuah fragmen;
encoba mengupdate goresan pena usang yang berasal dari sobat sewaktu Sekolah Menengan Atas ✔ Anda Batak ya..! Harus baca ini!

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "✔ Anda Batak Ya..! Harus Baca Ini!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel