✔ Ihwal Matematika, Wawancara Dengan Prof.Hendra Gunawan (Guru Besar Matematika Itb)

Matematika disampaikan dengan bahasa yang sangat sederhana menjadi alasan utama kenapa wawancara dengan Prof.Hendra Gunawan ini di share ulang disini. Para guru secara umum kesulitan menunjukkan tanggapan untuk pertanyaan sederhana wacana matematika, contohnya apa itu matematika? atau bagaiamana cara mencar ilmu matematika yang baik?. Hasil wawancara berikut mungkin sanggup menunjukkan satu pencerahan kepada kita wacana matematika itu sendiri.
atematika disampaikan dengan bahasa yang sangat sederhana menjadi alasan utama kenapa wawa ✔ Tentang Matematika, Wawancara Dengan Prof.Hendra Gunawan (Guru Besar Matematika ITB)
Bapak Prof. Hendra Gunawan yakni Guru besar matematika di ITB dan untuk mengetahui lebih jauh wacana Prof.Hendra sanggup disimak melalui Bapak Nursatria Adikrisna yang melaksanakan wawancara ini melalui email dan sudah pernah bertemu prof secara pribadi beberapa kali menyampaikan bahwa, "beliau orangnya humble, bersahaja sama sekali tidak terlihat ia yakni Guru besar Matematika dari sekolah tinggi tinggi terbaik di negeri ini."

Mari kita simak hasil wawancara dengan Guru besar Matematika ITB ini, dan mudah-mudahan sanggup menambah pengetahuan kita;
Apa harapan Prof waktu kecil? Apakah semenjak kecil sudah bercita-cita menjadi Profesor matematika
Wah, waktu kecil boro-boro tahu apa itu profesor. Seperti kebanyakan anak kecil waktu itu, harapan saya menjadi pilot mungkin alasannya yakni sering lihat pesawat terbang melintas di udara!

Apakah Prof masih ingat, semenjak kapan prof tertarik dengan matematika? Apakah saat SD prof sudah suka matematika?
Sejak SD saya suka berhitung [dulu nama mata pelajarannya kan Berhitung, bukan Matematika]. Kakek saya selalu membanggakan kemampuan berhitung saya di depan tamu. Padahal cuma ditanya berapa 175 + 86, sederhana menyerupai itu.

Ketika lulus SMA, mengapa Prof menentukan kuliah Jurusan Matematika?
Sejak SD, “kekuatan” saya yang utama yakni matematika [dan bahasa Inggris], yang bertumpu pada logika. Menjelang lulus SMA, ada tawaran bagi siswa yang prestasinya tidak mengecewakan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri via Program Perintis II, khusus utk aktivitas studi MIPA [kecuali IPB bebas]. Saya pilih jurusan Matematika ITB, alasannya yakni yang paling pas ya itu. Saya tidak hebat Fisika/Kimia. Sementara Biologi terlalu feminin, he3x.

Di mata Prof, apa yang menarik dari Matematika?
Matematika menuntut logika, pernalaran dan imajinasi. Itu yang menarik bagi saya.

Siapa Matematikawan favorit, Profesor?
Sejujurnya, waktu itu saya belum kenal siapa-siapa. Bahkan Pythagoras pun tahu belakangan, sehabis doktor. Di sekolah dan di PT [tahap S1] guru dan dosen tidak pernah mengekspos tokoh-tokoh matematika. Ketika studi S3, saya mulai mengenal beberapa tokoh matematika, khususnya yang terkait dengan bidang yg saya tekuni. Saya kagum dgn J. Fourier, C.F. Gauss, J. Von Neumann, G.H. Hardy, J.E. Littlewood dan E.M. Stein. Saya juga salut kepada Pythagoras dan Euclid.

Salah satu Tugas profesor yakni meneliti. Penelitian matematika itu menyerupai apa? Apakah harus membuat [atau menemukan] rumus baru?
Penelitian matematika intinya sama dengan penelitian bidang lainnya, yaitu memperluas khasanah pengetahuan, yaitu dengan menjawab pertanyaan yang muncul dari teori atau hasil penelitian sebelumnya. Hasilnya bisa berupa dalil atau rumus baru, atau secara umum teori gres yang melengkapi atau menyempurnakan teori sebelumnya. Sebaga teladan dalil Bapak Nursatria Adikrisna yang melaksanakan wawancara ini melalui email dan sudah pernah bertemu prof secara pribadi beberapa kali menyampaikan bahwa, "beliau orangnya humble, bersahaja sama sekali tidak terlihat ia yakni Guru besar Matematika dari sekolah tinggi tinggi terbaik di negeri ini."

Mari kita simak hasil wawancara dengan Guru besar Matematika ITB ini, dan mudah-mudahan sanggup menambah pengetahuan kita;
Apa harapan Prof waktu kecil? Apakah semenjak kecil sudah bercita-cita menjadi Profesor matematika
Wah, waktu kecil boro-boro tahu apa itu profesor. Seperti kebanyakan anak kecil waktu itu, harapan saya menjadi pilot mungkin alasannya yakni sering lihat pesawat terbang melintas di udara!

Apakah Prof masih ingat, semenjak kapan prof tertarik dengan matematika? Apakah saat SD prof sudah suka matematika?
Sejak SD saya suka berhitung [dulu nama mata pelajarannya kan Berhitung, bukan Matematika]. Kakek saya selalu membanggakan kemampuan berhitung saya di depan tamu. Padahal cuma ditanya berapa 175 + 86, sederhana menyerupai itu.

Ketika lulus SMA, mengapa Prof menentukan kuliah Jurusan Matematika?
Sejak SD, “kekuatan” saya yang utama yakni matematika [dan bahasa Inggris], yang bertumpu pada logika. Menjelang lulus SMA, ada tawaran bagi siswa yang prestasinya tidak mengecewakan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri via Program Perintis II, khusus utk aktivitas studi MIPA [kecuali IPB bebas]. Saya pilih jurusan Matematika ITB, alasannya yakni yang paling pas ya itu. Saya tidak hebat Fisika/Kimia. Sementara Biologi terlalu feminin, he3x.

Di mata Prof, apa yang menarik dari Matematika?
Matematika menuntut logika, pernalaran dan imajinasi. Itu yang menarik bagi saya.

Siapa Matematikawan favorit, Profesor?
Sejujurnya, waktu itu saya belum kenal siapa-siapa. Bahkan Pythagoras pun tahu belakangan, sehabis doktor. Di sekolah dan di PT [tahap S1] guru dan dosen tidak pernah mengekspos tokoh-tokoh matematika. Ketika studi S3, saya mulai mengenal beberapa tokoh matematika, khususnya yang terkait dengan bidang yg saya tekuni. Saya kagum dgn J. Fourier, C.F. Gauss, J. Von Neumann, G.H. Hardy, J.E. Littlewood dan E.M. Stein. Saya juga salut kepada Pythagoras itu kini tidak melulu soal segitiga siku-siku, tapi berlaku untuk sejumlah vektor yang saling tegak lurus di ruang Hilbert [nah lho!].

Di blog, Prof menyampaikan “My areas of interest are Fourier analysis, functional analysis, and their applications. “Mengapa Prof menentukan itu sebagai area of interest? [Btw terjemahan yang sempurna untuk area of interest, apa yach?]
Sejak S1 saya jatuh hati pada cabang analisis matematika. Ketika studi di Australia, saya mendalami cabang ini lebih jauh. Dua area tersebut merupakan titik temu dari banyak cabang lainnya. Selain itu bekal pengetahuan yang saya miliki mendukung untuk mendalaminya. Makara ya saya pilih area tersebut.

Matematika itu apa, Prof?
Wah, ini pertanyaan filosofis, saya belum tentu bisa menjawabnya secara filosofis. Bagi saya, matematika itu “dunia lain” yang bisa ditembus oleh kemampuan berpikir dan imajinasi manusia. Di dunia ini, kita bisa menemukan banyak keindahan. Begitu punya kunci masuk ke dunia ini, anda akan tiba terus ke sana. Tak sedikit pula yg indah di dunia matematika itu bisa diterapkan di dunia faktual di mana kita hidup. Jadi, selain indah, matematika itu berguna.

Pertanyaan klasik, matematika ditemukan atau diciptakan?
Ah, ini juga filosofis! Saya tidak pernah memikirkannya, saya hanya menjalani dan menikmatinya. Kadang saya merasa “menemukan” [misal rumus], kadang saya “menciptakan” [misal simbol dan istilah], namun sering kali tidak tahu bedanya [misal metode]. Yg pasti, saya menikmati keindahannya!

Saya pernah ditanya siswa SMA, Buat apa mencar ilmu Matematika? Untuk apa susah-susah mencar ilmu Trigonometri, Integral, dalam sehari-hari jarang kepakai ini?
He3x, itu alasannya yakni belum tahu saja. Tugas guru mencerahkan siswa. Makanya perlu baca Bapak Nursatria Adikrisna yang melaksanakan wawancara ini melalui email dan sudah pernah bertemu prof secara pribadi beberapa kali menyampaikan bahwa, "beliau orangnya humble, bersahaja sama sekali tidak terlihat ia yakni Guru besar Matematika dari sekolah tinggi tinggi terbaik di negeri ini."

Mari kita simak hasil wawancara dengan Guru besar Matematika ITB ini, dan mudah-mudahan sanggup menambah pengetahuan kita;
Apa harapan Prof waktu kecil? Apakah semenjak kecil sudah bercita-cita menjadi Profesor matematika
Wah, waktu kecil boro-boro tahu apa itu profesor. Seperti kebanyakan anak kecil waktu itu, harapan saya menjadi pilot mungkin alasannya yakni sering lihat pesawat terbang melintas di udara!

Apakah Prof masih ingat, semenjak kapan prof tertarik dengan matematika? Apakah saat SD prof sudah suka matematika?
Sejak SD saya suka berhitung [dulu nama mata pelajarannya kan Berhitung, bukan Matematika]. Kakek saya selalu membanggakan kemampuan berhitung saya di depan tamu. Padahal cuma ditanya berapa 175 + 86, sederhana menyerupai itu.

Ketika lulus SMA, mengapa Prof menentukan kuliah Jurusan Matematika?
Sejak SD, “kekuatan” saya yang utama yakni matematika [dan bahasa Inggris], yang bertumpu pada logika. Menjelang lulus SMA, ada tawaran bagi siswa yang prestasinya tidak mengecewakan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri via Program Perintis II, khusus utk aktivitas studi MIPA [kecuali IPB bebas]. Saya pilih jurusan Matematika ITB, alasannya yakni yang paling pas ya itu. Saya tidak hebat Fisika/Kimia. Sementara Biologi terlalu feminin, he3x.

Di mata Prof, apa yang menarik dari Matematika?
Matematika menuntut logika, pernalaran dan imajinasi. Itu yang menarik bagi saya.

Siapa Matematikawan favorit, Profesor?
Sejujurnya, waktu itu saya belum kenal siapa-siapa. Bahkan Pythagoras pun tahu belakangan, sehabis doktor. Di sekolah dan di PT [tahap S1] guru dan dosen tidak pernah mengekspos tokoh-tokoh matematika. Ketika studi S3, saya mulai mengenal beberapa tokoh matematika, khususnya yang terkait dengan bidang yg saya tekuni. Saya kagum dgn J. Fourier, C.F. Gauss, J. Von Neumann, G.H. Hardy, J.E. Littlewood dan E.M. Stein. Saya juga salut kepada sejarah matematika. Dulu contohnya trigonometri digunakan untuk menghitung jari-jari bumi dan jarak matahari ke bumi. Kalau sehari-hari cuma ngobrol, makan, jalan-jalan ke mal ya tidak perlu matematika [yg canggih]. Tapi apa hidup cuma itu? Siswa perlu dicerahkan bagaimana kemajuan peradaban [di negara lain] dicapai.

Punya pendapat wacana perkembangan matematika di Indonesia?
Ketika saya berpidato di Sidang Majelis Guru Besar ITB saya sampaikan pendapat saya wacana hal ini. Cuplikan naskah pidato saya tersebut sanggup diunduh dari blog personal saya http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/various-articles/. Singkat cerita, walau ada kemajuan dalam 20 tahun terakhir, kita masih tertinggal dalam matematika dibandingkan dengan negara sekecil Singapura. Perlu beberapa generasi mendatang untuk mengejar ketertinggalan tersebut, itupun jikalau negara lain tidak makin kencang larinya.

Pada pertemuan kita terakhir, Prof berbicara wacana gelar budaya bernalar. Nah.. bernalar itu apa, Prof?
Begini, salah satu dilema dengan bangsa kita tersirat dalam dua pertanyaan sebelumnya. Kita tahu bhw kita tertinggal, dan kita ingin maju. Tapi tahukah kita apa yang membuat bangsa lain maju? Mereka telah melalui “Era Bernalar”, the age of reason. Kekuatan insan di situ, bisa berpikir, bernalar, menemukan tanggapan mengapa ini begini dan itu begitu, bukan mengarang mitos sendiri atau mendapatkan mitos yang ada. Bernalar itu, singkat kata, mendayagunakan kemampuan berpikir dan pikiran sehat kita. Kalau sulit, ya belajar, jangan lari [ke takhayul, misalnya]. Bangsa ini perlu bernalar!

Terakhir, Apakah Prof punya saran bagaimana mencar ilmu Matematika yang benar?
Wah, saya tidak berani menyampaikan ini atau itu yang benar. Yang pasti, mencar ilmu itu wajib, selama kita masih bernafas. Belajar Matematika itu perlu, otak insan dibekali dengan kemampuan untuk itu — sayang jikalau tidak dipakai. Seperti mencar ilmu main piano, jikalau hanya baca buku tentu tidak akan bisa. Makara harus “by doing”, praktik, kerjakan, rekonstruksi, lakukan penelitian. Untuk mencar ilmu Matematika ya harus “bermatematika”, dan, menyerupai halnya olahraga, harus rutin.

Begitulah wanwancara singkat yang dilakukan oleh Bapak Nursatria Adikrisna yang melaksanakan wawancara ini melalui email dan sudah pernah bertemu prof secara pribadi beberapa kali menyampaikan bahwa, "beliau orangnya humble, bersahaja sama sekali tidak terlihat ia yakni Guru besar Matematika dari sekolah tinggi tinggi terbaik di negeri ini."

Mari kita simak hasil wawancara dengan Guru besar Matematika ITB ini, dan mudah-mudahan sanggup menambah pengetahuan kita;
Apa harapan Prof waktu kecil? Apakah semenjak kecil sudah bercita-cita menjadi Profesor matematika
Wah, waktu kecil boro-boro tahu apa itu profesor. Seperti kebanyakan anak kecil waktu itu, harapan saya menjadi pilot mungkin alasannya yakni sering lihat pesawat terbang melintas di udara!

Apakah Prof masih ingat, semenjak kapan prof tertarik dengan matematika? Apakah saat SD prof sudah suka matematika?
Sejak SD saya suka berhitung [dulu nama mata pelajarannya kan Berhitung, bukan Matematika]. Kakek saya selalu membanggakan kemampuan berhitung saya di depan tamu. Padahal cuma ditanya berapa 175 + 86, sederhana menyerupai itu.

Ketika lulus SMA, mengapa Prof menentukan kuliah Jurusan Matematika?
Sejak SD, “kekuatan” saya yang utama yakni matematika [dan bahasa Inggris], yang bertumpu pada logika. Menjelang lulus SMA, ada tawaran bagi siswa yang prestasinya tidak mengecewakan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri via Program Perintis II, khusus utk aktivitas studi MIPA [kecuali IPB bebas]. Saya pilih jurusan Matematika ITB, alasannya yakni yang paling pas ya itu. Saya tidak hebat Fisika/Kimia. Sementara Biologi terlalu feminin, he3x.

Di mata Prof, apa yang menarik dari Matematika?
Matematika menuntut logika, pernalaran dan imajinasi. Itu yang menarik bagi saya.

Siapa Matematikawan favorit, Profesor?
Sejujurnya, waktu itu saya belum kenal siapa-siapa. Bahkan Pythagoras pun tahu belakangan, sehabis doktor. Di sekolah dan di PT [tahap S1] guru dan dosen tidak pernah mengekspos tokoh-tokoh matematika. Ketika studi S3, saya mulai mengenal beberapa tokoh matematika, khususnya yang terkait dengan bidang yg saya tekuni. Saya kagum dgn J. Fourier, C.F. Gauss, J. Von Neumann, G.H. Hardy, J.E. Littlewood dan E.M. Stein. Saya juga salut kepada Materi Ajar vs Proses Belajar dan Bapak Nursatria Adikrisna yang melaksanakan wawancara ini melalui email dan sudah pernah bertemu prof secara pribadi beberapa kali menyampaikan bahwa, "beliau orangnya humble, bersahaja sama sekali tidak terlihat ia yakni Guru besar Matematika dari sekolah tinggi tinggi terbaik di negeri ini."

Mari kita simak hasil wawancara dengan Guru besar Matematika ITB ini, dan mudah-mudahan sanggup menambah pengetahuan kita;
Apa harapan Prof waktu kecil? Apakah semenjak kecil sudah bercita-cita menjadi Profesor matematika
Wah, waktu kecil boro-boro tahu apa itu profesor. Seperti kebanyakan anak kecil waktu itu, harapan saya menjadi pilot mungkin alasannya yakni sering lihat pesawat terbang melintas di udara!

Apakah Prof masih ingat, semenjak kapan prof tertarik dengan matematika? Apakah saat SD prof sudah suka matematika?
Sejak SD saya suka berhitung [dulu nama mata pelajarannya kan Berhitung, bukan Matematika]. Kakek saya selalu membanggakan kemampuan berhitung saya di depan tamu. Padahal cuma ditanya berapa 175 + 86, sederhana menyerupai itu.

Ketika lulus SMA, mengapa Prof menentukan kuliah Jurusan Matematika?
Sejak SD, “kekuatan” saya yang utama yakni matematika [dan bahasa Inggris], yang bertumpu pada logika. Menjelang lulus SMA, ada tawaran bagi siswa yang prestasinya tidak mengecewakan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri via Program Perintis II, khusus utk aktivitas studi MIPA [kecuali IPB bebas]. Saya pilih jurusan Matematika ITB, alasannya yakni yang paling pas ya itu. Saya tidak hebat Fisika/Kimia. Sementara Biologi terlalu feminin, he3x.

Di mata Prof, apa yang menarik dari Matematika?
Matematika menuntut logika, pernalaran dan imajinasi. Itu yang menarik bagi saya.

Siapa Matematikawan favorit, Profesor?
Sejujurnya, waktu itu saya belum kenal siapa-siapa. Bahkan Pythagoras pun tahu belakangan, sehabis doktor. Di sekolah dan di PT [tahap S1] guru dan dosen tidak pernah mengekspos tokoh-tokoh matematika. Ketika studi S3, saya mulai mengenal beberapa tokoh matematika, khususnya yang terkait dengan bidang yg saya tekuni. Saya kagum dgn J. Fourier, C.F. Gauss, J. Von Neumann, G.H. Hardy, J.E. Littlewood dan E.M. Stein. Saya juga salut kepada Tantangan ITB [dan PT Lainnya] Sebagai Agen Perubahan Budaya.

Sebagai epilog kami tambahkan apa yang disampaikan oleh Albert Enstein yaitu "Jika Anda tak sanggup menjelaskannya secara sederhana, maka anda belum memahaminya dengan baik”. Terima kasih.

Hendra Gunawan, Lahir di Bandung pada tahun 1964, yakni seorang matematikawan. Beliau menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung semenjak tahun 1988 dan menerima gelar doktor dalam bidang Matematika dari University of New South Wales Sydney, pada tahun 1992. Selain sering menulis di media massa, ia juga mengasuh beberapa blog untuk memopulerkan matematika dan sains, antara lain indonesia2045.com | anakbertanya.com | bersains.wordpress.com | bermatematika.net/

Beberapa waktu kemudian Bapak Hendra Gunawan diwawancarai secara pribadi oleh Jawa Pos TV dalam aktivitas "Bermatematika Bersama Guru Besar Matematika ITB"
atematika disampaikan dengan bahasa yang sangat sederhana menjadi alasan utama kenapa wawa ✔ Tentang Matematika, Wawancara Dengan Prof.Hendra Gunawan (Guru Besar Matematika ITB)

Belum ada Komentar untuk "✔ Ihwal Matematika, Wawancara Dengan Prof.Hendra Gunawan (Guru Besar Matematika Itb)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel