✔ Jangan Masuk S-1 Itb, Jika

Jangan masuk ITB, goresan pena yang mungkin secara sengaja di share oleh teman, saudara sekaligus sahabat yang juga merupakan alumni ITB pada status sosial medianya. Sedikit tertarik melihat judulnya, kemudian aku pribadi masuk ke link yang dituju dan ternyata goresan pena tersebut juga goresan pena seorang alumni ITB jurusan Farmasi [*bacanya di https://gudangrppsilabus.blogspot.com/search?q=25/jangan-masuk-s-1-itb-545797].
Baca Juga
Karena aku suka pelajaran kimia, kebetulan juga alumni olimpiade kimia maka aku menentukan tiga jadwal studi yang sangat berafiliasi dengan kimia, yakni teknik kimia, farmasi dan kimia [murni]. Saya coba-coba cari informasi, di bimbingan belajar, di situs online dan sebagainya, ternyata ketiga jadwal studi itu passing grade paling tingginya semua ada di ITB. Singkat kisah aku masuk farmasi ITB, lulus S-1 4 tahun 3 bulan kemudian pendidikan profesi setahun. Ini sekilas citra yang mungkin juga dihadapi oleh adik-adik yang ketika ini akan masuk sekolah tinggi tinggi.
Saya akan lebih banyak kisah sesuai judul, ini kisah ketika aku dan beberapa sobat alumni kumpul, ada yang sudah kerja di oil & gas company, ada yang bisnis, ada yang S-2, ada yang kerja di bidang programming dan sebagainya. Teman aku yang S-2 cerita, bahwa perbandingan ketika ia kuliah S-2 dengan S-1 di ITB beda jauh, sama-sama di ITB, namun dengan effort mencar ilmu yang sama kini IPK nya selalu tinggi, mendekati 4, berbeda ketika ia dulu S-1 di matematika, menerima IP 3 itu butuh usaha berat, memang S-2 & S-3 di ITB kualitasnya masih jauh dibanding S1. ITB sendiri saja tidak mau mendapatkan dosen kalau S-3 nya masih di ITB.
Adik kandung aku juga aneh, ia ikut SNMPTN 2 kali dan keduanya tidak diterima di ITB, pada balasannya ia menentukan kampus negeri lain di Bandung dan ternyata IPKnya mendekati 4. Ini segelintir contoh, ada tolong-menolong referensi yang sukses juga, sobat aku yang sudah lulus dari ITB lebih gampang memang hidupnya, ada yang S-2 di jepang, belanda, jerman, kerja di pertamina, unilever, cevron, biofarma, bisnis dsb.
Apa yang ingin aku pesankan kepada adik-adik yang ingin masuk sekolah tinggi tinggi? masuk sekolah tinggi tinggi bukan duduk kasus gengsi atau pujian semata, jadwal studi dan universitas yang akan kita masuki harus sesuai dengan minat, potensi dan passion kita. Khususnya di ITB, sebab jumlah mahasiswa yang diterima disini jauh lebih sedikit dibanding universitas lain dan jadwal studinya hampir semua IPA, maka persaingan pun ketat.
Sampai sanggup masuk pun belum tentu sukses, banyak referensi bawah umur yang dulu lulusan terbaik di Sekolah Menengan Atas nya, juara olimpiade sains dan sebagainya, namun tidak hingga sanggup lulus. Bukan sebab bodoh, namun sebab memang persaingan, lingkungan dan dosen yang ketat. Jangan heran bila kau yang kini paling berilmu di SMA, nanti pernah tidak lulus satu atau dua mata kuliah dan harus mengulang.
Pesan saya, jangan masuk S-1 ITB, kalau memang tidak siap untuk bekerja keras.
Begitulah kisah salah satu alumni ITB dan untuk alumni yang lain punya kisah yang berbeda, kita tunggu goresan pena dari alumni universitas-univeritas [bukan hanya ITB] yang ada di Indonesia ini untuk generasi emas Indonesia.
Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Bagaiamana kisah sukses Cristiano Ronaldo sanggup kita jadikan pelajaran yang berharga, mari kita simak;

Belum ada Komentar untuk "✔ Jangan Masuk S-1 Itb, Jika"
Posting Komentar