✔ Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?

 sebagai orang renta yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukk ✔ Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?Sekolah penting atau tidak?, sebagai orang renta yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukkan anak pada sekolah-sekolah yang memiliki kemudahan baik atau yang memiliki kelebihan-kelebihan dari yang lain.

Dengan kata lain, kalau di kota kita terdapat dua atau beberapa sekolah pilihan maka sekolah dengan sekolah dengan legalisasi A (akredirasi sekolah/universitas yaitu tolak ukur perihal mutu dari sekolah/universitas) akan menjadi pilihan yang pertama daripada sekolah dengan legalisasi B apalagi sekolah yang tidak terakreditasi.

Nach dalam menentukan sekolah dan pemikiran perihal sekolah, orangtua sebaiknya membaca atau bisa mendengar eksklusif apa yang disampaikan oleh Dedy Corbuzier tetang sekolah, terkhusus untuk “sekolah made in Indonesia”.

Seperti apa pemikiran Dedy Corbuzier perihal sekolah, mari kita simak;

Sekitar enam tahun yang kemudian saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah tersebut, karna sehabis itu banyak guru dan kepala sekolah yang tiba kepada saya menyampaikan bahwa, apa yang saya sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang tiba pada ketika itu, karna saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.

Tapi saya akan menyampaikan lagi hal ini ke anda supaya anda sanggup mendengarkan apa yang saya sampaikan pada ketika itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk bunyi rekaman bunyi saya.

Pertama, saya ingin menyampaikan dulu bahwa sekolah itu,
"Penting". Ok?


Jadi, bukan menyampaikan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan hingga ke sana larinya. Tapi saya ingin menyampaikan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.

Mengapa?
Begini saja...
Anda niscaya tau bahwa berbagai belum dewasa yang buruk nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan belum dewasa yang sukses di sekolah, saya tidak menyampaikan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi berbagai yang kesannya kerja, menjadi pegawai biasa.

Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.
Kalau anda lihat dari, apa sih yang ingin dibuat oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak-anaknya menjadi guru.

Jadi, guru matematika, ingin menciptakan anak-anaknya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin menciptakan anak-anaknya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru-guru lainnya.

Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika. Lalu, kita beri test perihal geografi, saya berani yakin bahwa ia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melaksanakan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, niscaya ia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.

Lalu mengapa, kalau guru-guru tersebut tidak bisa melaksanakan hal lain dengan nilai baik, tapi murid-muridnya dipaksakan mendapat semua nilainya baik. Aneh kan???

Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar, katanya.

Tapi, toh ternyata ketika sudah cukup umur sang guru pun sadar bahwa ia tidak memakai atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada ketika ia kecil. Iya tidak???

Karna, intinya tidak ada insan yang bisa tepat dalam segala hal, begitu juga murid-murid.
Murid-murid tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.

Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya hingga kini tidak tau kenapa saya harus mempelajari peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi jago geografi, saya juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi spesialis geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.

Atau, menghafalkan nama-nama gubernur, menghafalkan nama-nama walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.

Jadi, sangat amat tidak masuk akal, berdasarkan saya. Saya tidak tahu kini masih atau tidak harus menghafal nama-nama tersebut. Dulu ketika saya masih sekolah, di Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengan Atas saya lupa, guru akuntan saya menyampaikan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
"Kalau nilai akuntansi kau jelek, Ded, kau tidak akan bisa menjadi orang sukses."
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu yaitu fakta..

Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah?
Sekolahnya?, Mungkin sistemnya.

Mengapa tidak semenjak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang ia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka sejarah, berikan ia pelajaran sejarah lebih banyak.

Makara menyerupai orang kuliah tapi semenjak kecil. Makara semenjak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa yang ia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang ia suka atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa menghafalkan semuanya, tapi begitu ia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.

Kenapa?
Karna yang digunakan hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal. Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya belum dewasa tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya buruk karna otak kanannya tidak dipakai.

Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan semenjak kecil, semenjak SD, anak saya sudah diarahkan ke pelajaran mana yang ia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang tiba ke kelas bukan gurunya yang tiba ke kelas untuk mengajar anaknya.

Lalu bagaimana merubah itu semua???
Memang susah karna sekolah niscaya tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu ketika bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan bunyi saya ini orangtua, dengarkan ini baik-baik.
Apabila yang mendengarkan bunyi saya ini yaitu anak-anak, minta orangtua anda untuk mendengarkan bunyi saya, sebentar saja.
Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin ia akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.

Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les komplemen matematika?

Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya buruk dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan semenjak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka
tidak suka.

Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran-pelajaran yang kalau nilai anda buruk maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas.

Ya, kalo pelajaran-pelajaran menyerupai itu dibantu supaya mendapat nilai secukupnya, cukup untuk lulus dan naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.

Ingat! nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak menentukan masa depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi insan kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak bekerjasama berdasarkan saya.

Kuncinya yaitu orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...

Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya buruk menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
  • Tidak perlu takut untuk mendapat nilai jelek!
  • Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
  • Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!

Ada lho, anak yang hingga bunuh diri karna ia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa depannya.

Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada ketika itu.
Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa menyerupai itu.

Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di Indonesia.
Memberikan sumbangan pada anak-anaknya, tidak memarahi anak pada ketika nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada ketika tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapat yang terbaik. Kita harus mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.

Ingat sekali lagi bahwa,
  • Masa depan anda tidak tergantung pada pandai tidaknya anda di sekolah
  • Masa depan anda tidak tergantung pada anda naik kelas atau tidak naik kelas
  • Masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai rapor anda.
  • Masa depan anda bergotong-royong tergantung pada kemampuan anda bersosialisasi,
  • Masa depan anda tergantung pada cara dan perilaku anda dalam menambah pengetahuan anda setiap harinya dari mana saja. Dari majalah, dari internet, bari buku, dari dongeng dari pengalaman-pengalaman orang, dari mana saja yang anda sukai.
Saya punya sobat yang waktu kecilnya dikenal buruk karna suka main game, dan sekarang, ia menjadi pemilik toko game terbesar di Indonesia. Kaya raya.
Masa depan anda, tidak tergantung dari nilai sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapat merah di sekolah anda.
Kadang-kadang, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.

Apa yang disampaikan Dedy Corbuzier diatas sanggup kita jadikan catatan perihal dunia sekolah yang akan dihadapi oleh belum dewasa kita besok. Sebagai komplemen catatan Bill Gates perihal sekolah ini juga perlu Anda simak Bill Gates: Mendapatkan Gelar Adalah Jalan Lebih Pasti Untuk Sukses.

Jangan Lupa Untuk Berbagi πŸ™Share is Caring πŸ‘€ dan JADIKAN HARI INI LUAR BIASA! - WITH GOD ALL THINGS ARE POSSIBLE😊

Jika ingin mendengarkan pemaparan secara eksklusif dengan bunyi Dedy Corbuzier sanggup mendengarnya pada Link Dedy Corbuzier.

Kisah sukses dan bagaimana mulianya Cristiano Ronaldo sehabis sukses, mari kita simak;
 sebagai orang renta yang peduli akan pendidikan dan masa depan anak maka kita akan memasukk ✔ Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?

Belum ada Komentar untuk "✔ Dedy Corbuzier: Seberapa Pentingkah Sekolah Itu?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel